Kamis, 13 Maret 2014


Latar Belakang

     Segala puji hanya milik Allah, dengan nikmatNya kita memperoleh kesehatan dan keimanan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, keluarga para sahabat dan penenerusnya hingga akhir zaman. Amin.Berbicara pendidikan berarti bicara generasi, berbicara masa depan, berbicara kelanjutan peradaban dan eksistensi umat. Untuk membentuk generasi harus merujuk kepada generasi yang sebelumnya yang telah dibentuk Rasullah dan para penerusnya yaitu generasi terbaik (Khairu Ummah).


          Ketika berusaha memahami persoalan bangsa dan negara ini ternyata sumber daya manusia menjadi faktor strategis penentu keberhasilan pembangunan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Pengembangan dan kemapanan sumber daya manusia sangat tergantung kepada sistem pendidikan dan kemampuan pengenalan jati diri pribadinyaPerlu dipertegas bahwa selain sistim pendidikan, yang akan mampu mengembangkan dan memapankan sumber daya manusia adalah kemampuan mengenal jati dirinya. Pengenalan jati diri sebagai komponen bangsa telah termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945. Pengenalan jati diri sebagai hamba Tuhan memerlukan sistematika dan disiplin keilmuan tersendiri, sehingga memerlukan sebuah metode dan dengan pendekatan yang khusus.Allah berfirman dalam Al’quran yang artinya :”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya” (QS 66:6)

Kemudian Rasulullah bersabda :”Jika anak adam meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga, pertama shadaqoh jarriyah, kedua ilmu yang bermanfaat, ketiga anak yang shaleh yang mndo’akannya” (HR Bukhari dan Muslim).

         Paradigma pendidikan yang berorientasi pada kemapanan moral dan mental dengan berbasis ketauhidan merupakan esensi pengembangan sumber daya manusia. Sehingga wawasan, ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan bahkan kecerdasan yang dimiliki berlandaskan dan berorientasi ke-ilahi-an.Selain daripada itu dalam rangka menunjang program pemerintah dengan wajib belajar 9 tahun , maka SMP DAARUL ALBAAB turut serta melahirkan generasi dambaan umat harapan bangsa menjadi Generasi Islami yang membawa kegelapan menuju cahaya yang terang menderang.Penelitian menunjukan intelektualitas anak berkembang pesat dari lahir hingga empat tahun kemudian, sampai umur delapan belas tahun (Dr.Keith Osbron, Proffesor Of Georgia), dengan demikian pendidikan tingkat SMP, dan SMU sangat diperlikan.Pada dasarnya, pendidikan SMP adalah masih satu kesatuan dengan SD dalam lingkup pendidikan 9 tahun. Jika anak lulus SD masih belum cukup untuk memberikan landasan yang kuat pada anak dalam hal kepribadian & “LEAR HOW TO LEARN” (Belajar Bagaimana Belajar), sehingga pada pendidikan SMP inilah anak lebih diarahkan pada penyempurnaan pemahaman “LEAR HOW TO LEARN” (Belajar Bagaimana Belajar).Rasa kepedulian dalam rangka membangun generasi muda yang yang arif, cakap, yang luas kepahamnya serta berakhlaq mulia, maka Institusi Pondok Pesantren Daarul Albaab terdorong untuk penyelenggaraan pendidikannya menggabungkan sistim pendidikan secara umum (menurut UU No 20 SISDIKNAS) dengan sistem Kepondokan yang sudah membudaya di Indonesia ini, khususnya Jawa.
       Dalam konteks inilah institusi PONDOK PESANTREN DAARUL ALBAAB  yang yang berada di cabang Maospati, didirikan oleh Bapak KY. MUHAMMAD ANWAR MUTTAQIN sekaligus penerus dari almarhum K.H. Mohammad Munawwar Afandi, yang berada dalam badan hukum Yayasan Sirrul Albab  dengan akte notaris nomor : 01 Tanggal 04  Desember 2012 Dan dalam yayasan ini bernaung pula Jama’ah Ahli Syathoriyah yang Cabang dan Rantingnya hampir merata ke seluruh tanah air. Mulai tahun ajaran 2014 – 2015 ini menyelenggarakan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dipondokkan. Dengan nama SMP DAARUL ALBAAB.